Selain dapat dinikmati hangat, kopi juga enak diminum pakai es. Namun perlu diperhatikan bahwa es kopi bisa jadi berbahaya. Ini alasannya.

Minum kopi hangat memang sangat nikmat, tetapi menyeruput es kopi akan terasa lebih menyegarkan. Apalagi diminum di waktu siang hari di tengah-tengah jam makan siang.

Rasanya yang manis dan sensasi pahit dengan paduan es baru membuat siapa saja tak bisa menolaknya. Sayangnya, di balik kenikmatan es kopi ada beberapa efek sampingnya.

Hal tersebut berkaitan dengan kandungan gula, kalori dan kafein di dalamnya. Meski begitu, ada beberapa tips agar es kopi jadi lebih sehat.

Dikutip dari Houston Methodist, berikut alasan es kopi berbahaya dan tips racik lebih sehatnya.1. Banyak Mengandung Gula

Ilustrasi Es Kopi Foto: Shutterstock

Mengutip dari detik, kebanyakan es kopi mengandung gula yang tinggi. Mulai dari susu, krimer, sirup hingga whipped cream. Jika diminum sesekali mungkin tak berbahaya, tetapi berbeda juga diminum berlebihan.

Terlalu sering minum es kopi bisa menyebabkan penambahan berat badan dan meningkatkan risiko kondisi kesehatan yang kurang baik seperti diabetes tipe 2.

Atau kamu bisa memperhatikan takaran gula untuk campuran es kopi. American Heart Association merekomendasikan batasan tambahan gula ke kopi adalah 24 gram per hari untuk wanita dan 36 gram untuk pria.

2. Es Kopi Mengandung Lebih Banyak Kafein

Pasti kamu tak menduga bahwa es kopi mengandung banyak kafein. Kafein bisa memberikan efek positif dan efek negatif untuk tubuh. Karenanya kita harus membatasi asupan kafein.

Food and Drug Administration (FDA) merekomendasikan bahwa batas harian mengasup kafein adalah 400 miligram. Jumlah tersebut sama dengan tiga atau empat cangkir kopi.

Biasanya es kopi ukuran besar mengandung sekitar 200 miligram kafein. Jumlah kafein itu penting karena tubuh membutuhkan waktu lama untuk memprosesnya.

Foto ilustrasi

"Kafein dapat memberikan efek hanya dalam 15 menit, tetapi tergantung seberapa cepat tubuh metabolisme kafein, dibutuhkan sekitar 4-6 jam untuk memetabolisme," ujar ahli gizi Beaver.(*)