Breaking News
---

Ini Biang Keroknya Pasar Tanah Abang Sepi Pembeli

Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (MenKopUKM) Teten Masduki mengungkap penyebab sepinya aktivitas perniagaan di Pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat.(23/9/23).

Foto : Pasar Tanah Abang Tampak Sepi pengunjung

Dia menyebut, Pasar Tanah Abang sepi pembeli akibat tren perubahan pola belanja offline ke online. Di sisi lain, saat ini e-commerce atau lokapasar telah dikuasai produk asing.

Terlebih, produk-produk asing asal China yang dijual di e-commerce memiliki harga lebih murah dibandingkan produk lokal. Hal ini tentunya semakin melemahkan daya saing produk UMKM lokal.

"Di media sosial sudah banyak UMKM yang mengeluh jika mereka sudah tidak bisa bersaing dengan produk dari Tiongkok yang dijual dengan harga yang tidak masuk akal. Ini bukan lagi dumping, tapi predatory pricing," tegasnya.

Berdasarkan riset Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), hampir 90 persen dari 400 perusahaan e-commerce di Indonesia dikuasai oleh produk impor. Padahal, perputaran uang yang beredar di pasar e-commerce Indonesia bisa mencapai Rp300 triliun.

Untuk itu, Menteri Teten meminta masyarakat untuk lebih mencintai produk-produk buatan UMKM lokal agar tetap berkembang dan tumbuh secara berkesinambungan. Ia berkeinginan agar masyarakat Indonesia bisa mencontoh masyarakat Jepang yang memiliki falsafah, membeli produk dalam negeri adalah suatu cara untuk membantu negaranya menjadi bangsa yang besar.

"Kalau UMKM kita bisa memanfaatkan setengah saja lewat produk-produk lokal, kita bisa mendapatkan nilai ekonomi yang tinggi, sekitar Rp150 triliun," ucapnya.

Selain itu, Menteri Teten juga mendorong agar segera hadir regulasi yang lebih ketat untuk merebut pasar e-commerce yang dikuasai produk impor. Pengaturan ekonomi digital, menurutnya sudah sangat mendesak untuk dilakukan. "Kita butuh semangat bersama, semangat seluruh masyarakat Indonesia untuk mencintai produk dalam negeri. Karena kualitas produk buatan dalam negeri sudah bisa bersaing dengan produk asing," pungkasnya.

Tanah Abang

Sebelumnya, Anggota Komisi VI DPR RI Mufti Anam menyebut omzet pedagang di Pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat anjlok menjadi Rp 9 juta per hari dari sebelumnya Rp40 juta. Hal ini dia kemukakan saat menggelar rapat bersama Menteri Perdagangan, Zulkifli Hasan pada Senin (4/9).

"Kalau kita lihat hari ini, (misalnya) Tanah Abang, ITC, Roxy, dan lain sebagainya sepi, Pak. Kemarin kami ke Tanah Abang mengkroscek yang ada di berita ternyata betul, Pak. Pendapatan mereka yang biasanya setiap hari omzet Rp40 juta sekarang hanya tinggal Rp9 juta sehari, tragis sekali," kata Mufti dalam keterangannya di Jakarta, Rabu (6/9).

Menurut Mufti, salah satu faktor sepinya pasar fisik adalah adanya e-commerce dan social commerce, seperti aplikasi Tiktok.Dia menyebut adanya social commerce saat ini memungkinkan produk UMKM Indonesia dapat diproduksi secara massal di China melalui pemanfaatan kecerdasan buatan (AI).

Baca juga:Maraknya Perdagangan Lewat Online, Banyak Pedagang di Karawang Gulung Tikar dan Beralih Propesi

"Jadi, mereka punya semacam AI (Artificial Intelligence) dan kemudian mereka mengirim orang, mengecek tempat produksi dan kemudian belum seminggu barang yang di-launching itu sudah diproduksi di China dan sudah ada di negara kita, Pak," ungkapnya.

Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan mengatakan, pihaknya tengah mengejar revisi Permendag Nomor 50 tahun 2020 tentang Ketentuan Perizinan Usaha, Periklanan, Pembinaan, Dan Pengawasan Pelaku Usaha Dalam Perdagangan Melalui Sistem Elektronik. Ini sebagai respon sepinya Pasar Tanah Abang.

Revisi ini, diklaim Zulkifli Hasan bisa membuat persaingan usaha lebih fair, antara pedagang offline hingga online.

Hal ini merespon, kondisi pedagang Pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat yang mengeluhkan penurunan omzet akibat TikTok cs menjadi sorotan.

Ia menjelaskan, pihaknya akan menata kembali sehingga, pihak UMKM dan penjual offline tidak dirugikan dengan kehadiran penjual di TikTok.

"Nanti kita tata, agar persaingannya fair, tidak merugikan UMKM, tidak merugikan pedagang-pedagang yang offline dan lain-lain," jelas Zulhas.

Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) tersebut, juga menjelaskan Kemendag tidak bisa melarang artis atau influencer yang berjualan di TikTok cs. Tetapi, ia menegaskan akan mengatur terkait penerapannya.

"Itu nggak bisa dilarang, nggak bisa. Tapi nanti diatur, bukan dilarang, diatur," ungkap Zulkifli Hasan.

Sejumlah pedagang Pasar Tanah Abang Blok A mengaku pendapatannya anjlok beberapa waktu terakhir. Salah satu sebabnya, karena tak mampu bersaing dengan produk yang dijual di TikTok Shop dan platform sejenis.

Anton (36) yang sudah berjualan di Pasar Tanah Abang sejak 2007 itu mengakui ada penurunan drastis dari pengalamannya berjualan. Bahkan dia heran mengapa banyak produk di platform digital dijual dengan harga murah.

"Kalau kita pikir, kita beli bahan, kita bikin sendiri aja gak masuk harganya. Kenapa di online itu bisa Rp 39 ribu. Gak masuk diakal, beli bahan disini, gak masuk diakal," kata dia kepada wartawan di Pasar Tanah Abang Blok A, Jakarta, Selasa (19/9/2023).Ketika disinggung mengeenai pendapatan, Anton mengaku pernah meraup omzet hingga Rp 20 juta dalam satu hari berjualan. Namun, beberapa waktu belakangan ini diakui cukup berat untuk menjual barang untuk mendapat omzet Rp 2 juta.

Diketahui, dia menjajakan pakaian gamis dengan harga bervariasi. Salah satu yang dijajakan di lapaknya adalah gamis wanita yang sibanderol Rp 100 ribu.

"Jauh, biasa di gamis ini produksi kita sehari bisa (raih pendapatan) Rp 20 juta lah sehari, sekarang jauh, Rp 2 juta aja nyari susah sehari, bingung otak saya kan," ungkapnya.

Hal senada diungkap Anggi (31). Dia yang mengelola sekitsr 8 toko itu mengaku kesulitan jika bersaing dengan penjaja di TikTok Shop Cs. Anggi mengaku, sebelum pandemi Covid-19, dia bisa mencatat pendapatan hingga Rp 40 juta dalam satu hari.

"Para pedagang itu keluhkan omzet berkurang sampai 80-90 persen. Biasanya saya Rp 40-50 juta, sekarang Rp 1 juta aja sulit. Lari satu potong aja susah sekali, buat makan aja itu gimana gitu," urainya.

Dia dan pedagang lainnya bahkan sudah mencoba dengan meberikan diskon atau mengobral barang yang dijajakan. Namun, hasilnya masih belum mengerek pendapatan secara signifikan.

"Jadi pedagang disini ngerasa, gimana ini kita udah banting harga sampai di obral-obralin ini tuh masih gak laris," kata dia disambut riuh pedagang Pasar Tanah Abang lainnya.

Baca Juga:
Posting Komentar
Tutup Iklan