Breaking News
---

Untuk Apa Beras Cadangan Milik Pemkab Karawang di Bulog: Rakyat Sudah Menjerit Akibat Harga Beras Sangat Melangit, Kemana Bupati dan Ketua DPRD?

Ada pepatah mengatakan " Seperti Ayam Mati di Lumbung Padi", yang artinya seseorang yang sedang mengalami kesengsaraan dalam keadaan yang serba kecukupan. Seseorang yang memiliki potensi namun tidak menggunakan potensinya, maka lama-lama potensi dalam dirinya itu akan hilang. (3/9/23).
Foto : Beras Cadangan milik Pemkab Karawang di Gudang Bulog Purwasari

Pepatah tersebut sangat tak pantas berlaku di Kabupaten Karawang, namun bila sampai terdengar ada jeritan dari rakyat akibat mahalnya harga beras dalam satu daerah yang disebut sebagai lumbung padi?. Fakta itu seakan terjadi, sejumlah warga di Karawang khususnya di pedesan banyak yang menjerit akibat tingginya harga beras ataupun, sulitnya mencari pekerjaan padahal bumi Pangkal Perjuangan dikenal sebagai kawasan industri terbesar di Asia Tenggara.


Tingginya harga besar akhir-akhir ini sungguh sangat ironis. Sebagai daerah produsen padi dan beras bahkan salah satu terbesar di Jabar dan nasional, Karawang malah mengalami keaddan seperti demikan. Karawang bisa dianggap tidak bisa menjadi tuan di negeri sendiri. Ibarat pepatah di atas, apakah cocok disandang oleh Kabupaten Karawang, yang konon katanya segudang penghargaan telah diraih oleh Pemkab setempat dan Bupatinya pula untuk level Jabar dan nasional.

Krisis harga beras ini sungguh telah menampar wajah Kabupaten karawang sebagai daerah yang memiliki lahan pertanian luas di Provinsi Jabar. Sebagai pemilik raw material salah satu terbesar untuk beras. Tidak heran, banyak orang bertanya-tanya, apa sesungguhnya yang sedang terjadi?.

Dengan kondisi ini, perlu segera ada perbaikan. Terutama dalam hal tata kelola ketersedian pangan dari hulu sampai hilir. Semua harus diperbaiki. Pemkab Kabupaten harus benar-benar serius membereskannya, agar masalah beras mahal dan sulitnya mencari lapangan kerja ini tidak menjadi sebuah guyonan.

Kalau bicara masalah hilir, Karawang harus bicara packaging. Kalau sudah ada packaging, tentu akan lebih mahal dari raw material. Namun, kondisi ini bukan alasan. Sebab, Kabupaten memiliki lahan pesawahan yang luas. Dengan kondisi ini, mestinya daya tawar Karawang yang tinggi dan rakyat tak alami harga beras yang mencengkik.

Dengan kepemilikan lahan sawah yang luas, Kabupaten Karawang tidak boleh disetir orang lain. Oleh para sepkulan atau oknum-oknum lainnya. Apalagi dimonopoli. Bila perlu, Karawang yang seharusnya memonopoli beras misal di Jabar. Sayangnya, namun ini kok di negeri sendiri malah ada kenaikan harga beras tinggi .

Ini pasti ada middleman yang membuat kacau. Ini pasti ada yang hanya mengambil keuntungan untuk diri sendiri atau mungkin terajdi penimbun gelap yang mempermainkan harga. Mereka semua harus disikat habis oleh penegak hukum.

Para penegak hukum di Karawang harus bergerak cepat. jika ada penimbun beras yang telah membuat kenaikan harga harus ditindak keras!

Apakah mungkin gembor-gembor beras sangat banyak di Kabupaten Karawang adalah sebauh hoaks, akibat para petani saat panen telah menjual padinya karena keterdesakan biaya pengolahan mulai turun sawah hingga hendak panen.

Situasi sulit yang dialami masyarakat pedesan bukan masalah sepele akibat beras yang sudah terlalu mahal. Bayangkan saja harga beras pada saat sekarang sampai perkilonya mencapai kisaran 13.500 rupiah, atau perliternya kisaran 11. 000 hingga 12500-an di pekampungan. Di sisi lain masa pecelik sedang terjadi dan " petani dan kaum buruh tani " juga makin banyak terlilit segala macam masalah misal yang umum di bahas publik untuk saat kekinian adalah bank emok yang makin tak terbendungkan.

Lalu untuk apa fungsinya Pemkab Karawang melalui Dinas terkait membangun kemitraan dengan pihak Bulog untuk ketersediaan beras cadangan, untuk apa itu beras cadangan, apakah memang sebatas pajangan belaka agar disebut oleh publik nasional bahkan dunia sebagai Kabupaten yang sejahtera karena memiliki beras cadangan yang banyak di Bulog dan tak terpakai selama ini, atau apa mungkin pula menunggu sampai rakyat yang miskin mengalami kelaparan lalu tak makan dan meninggal dunia akibat tak mampu membeli beras.

Kapan operasi pasar murah digelar demi bisa redam harga beras yang makin melangit di Kabupaten Karawang?. Apakah mungkin menunggu dan hendak mengulang sejarah seperti pada masa silam, ada warga Karawang yang memakan Eceng gondok kembali?.... (Redaksi)

Baca Juga:
Posting Komentar
Tutup Iklan