Praktisi kesehatan masyarakat, dr Ngabila Salama menilai program makan siang gratis dapat mencegah malnutrisi pada anak. Dia mengatakan, program tersebut sejatinya bukan untuk mencegah stunting pada anak sekolah.

Program Makan Siang Gratis Dinilai Cegah Malnutrisi pada Anak

Namun, untuk mencegah malnutrisi yang dapat mengancam kesehatan anak jangka panjang. Termasuk mencegah malnutrisi pada calon ibu (remaja perempuan).

“Jika seseorang terkena anemia kronis bisa berpotensi melahirkan anak dengan gangguan gizi, pertumbuhan, dan perkembangan. Termasuk menyebabkan stunting,” kata Ngabila dalam keterangan tertulisnya.

Menurut dia, malnutrisi tidak hanya terjadi pada anak yang kekurangan gizi (underweight), tapi juga gizi berlebih (overweight). Bahkan, anak yang obesitas dapat meningkatkan risiko hipertensi, diabetes, jantung, dan penyakit tidak menular lainnya.

“Stunting sudah masuk stadium empat, stadium satu weight faltering (gagal tumbuh). Kemudian stadium dua anak alami gizi kurang, stadium tiga gizi buruk dan stadium empat stunting,” ujarnya.

Ngabila menyarankan agar program makan siang gratis sesuai dengan kosep isi piringku. Dimana setengah piring berisi sayur dan buah, sedangkan setengah piring lainnya karbohidrat dan lauk tinggi protein hewani.

“Karna anak masih dalam masa pertumbuhan dan perkembangan, diharapkan program makan siang gratis seluruh anak sekolah dapat menjadi budaya yang baik. Dimulai sejak kecil untuk makan makanan seimbang dan bergizi,” ucapnya.

Berikut saran yang dapat diberikan untuk program makan siang gratis.

1. Menu makan seimbang sesuai konsep Isi Piringku;

2. Makanan tinggi protein hewani;

3. Terdapat sayur dan buah;

4. Rendah kadar gula, garam, lemak;

5. Tanpa MSG dan bahan pengawet (menggunakan bumbu / rempah alami);

6. Manfaatkan bahan pangan lokal alami;

7. Makanan variatif, menarik, higienis (untuk mencegah keracunan makanan / diare, penyedia sudah mendapat sertifikat layak hygiene dr puskesmas / dinkes setempat dan dilakukan monitoring evaluasi berkala serta menu dan variasi makanan sdh disetujui oleh puskesmas setempat disertai kandungan kalori);

8. Ramah lingkungan (tidak berkemasan plastik);

9. Makanan harus habis dimakan di sekolah, tidak dibawa pulang karena bisa basi, di makan ortu atau keluarga lain;

10. Koordinasi aktif dinas pendidikan melalui sekolah, puskesmas, dinas ketahanan pangan.(*)