Warga Kota Cimahi mulai melakukan nyekar atau nadran dimana aktifitas warga mengunjungi makam keluarganya atau leluhurnya menjelang bulan suci ramadan.

Foto ilustrasi Nadran

Kepala UPTD Pemakaman Kota Cimahi Agus Subagja mengatakan, tradisi nyekar atau nadran ini biasanya menjelang bulan ramadan dan hari raya idul Fitri, warga berdatangan ke Tempat Pemakaman Umum (TPU) makam keluarganya untuk mendoakan keluarganya yang sudah meninggal dan membersihkan makam.

“Biasanya menjelang seminggu sebelum bulan Ramadhan itu sudah penuh, dari hari Senin kemarin juga sudah mulai berdatangan sampai saat ini juga masih ramai, tidak seperti biasanya,” Kata Agus.

Agus menambahkan, tidak hanya menjelang bulan puasa ramadan tapi pada saat hari raya idul Fitri itu biasanya langsung penuh, baik hari pertama atau dihari kedua Idul Fitri. Kemudian Ia pun menjelaskan bahwa makam yang ada di Kota Cimahi, terutama yang dikelola oleh UPTD Pemakaman ada delapan TPU, enam pemakaman muslim, dan Dua pemakaman non muslim.

“Dari tahun kemarin sampai sekarang memang agak lebih ramai untuk tahun sekarang, karena tahun kemarin karena Covid-19 jadi dilarang berkerumun jadi tidak terlalu ramai,”ucapnya

Foto ilustrasi Nyekar

Ditanya mengenai lahan kosong, agus mengatakan selama ada lahan yang kosong di Cimahi ini sudah menggunakan sistem tumpang, tapi itu khusus untuk keluarga saja. Kendati demikian, bila ada makam yang lama maka pihaknya akan menelusuri pihak keluarganya dimana, karena mungkin untuk beberapa tahun ke depan bisa digunakan oleh pemakaman yang lain.

“Ada enam pemakaman yang dikelola UPTD Pemakaman Cimahi diantaranya berada di Lebaksaat, TPU Muslim Cipageran, di Pojok, di Sirnaraga, Kihapit, satu lagi pojok. Untuk yang non muslim itu di Santiong dan Kefkof Leuwigajah,” pungkasnya.

Tradisi nyekar atau nadran adalah tradisi turun temurun yang dilakukan warga mengunjungi makam keluarga dan leluhur yang biasanya dilakukan umat muslim.

Di TPU Muslim Cipageran, banyak warga yang berdatangan bersama keluarganya melakukan nadran atau nyekar.

“Alhamdulilah tahun ini masih bisa nyekar ke makam ibu saya, bersama anak dan suami saya,” Kata Wini Mustapa (45) warga Cimindi .

Di tanya mengenai kebiasaan nyekar atau nadran, Dirinya sering ke makam ibu nya setahun dua atau tiga kali, biasanya menjelang puasa dan setelah Idul Fitri.

Hal senada juga di utarakan Diman (58) warga kota bandung, dirinya melakukan nyekar ke makam istrinya yang sudah meninggalkan nya selama 5 tahun.

“Barusan saya habis dari makam istri saya, sengaja ke sini lewat karena saya mau ke cianjur,” ungkapnya.

Di sisi lain banyak nya warga yang melakukan nadran atau nyekar ke makam, di manfaatkan Supiah (52) warga Cipageran yang berjualan bunga dan air, dirinya mengaku senang bila datang momen menjelang puasa dan Idul Fitri.

“Hari ini saya jualan laku alhamdulilah, sekarang tinggal sedikit lagi, apalagi kan ini waktu nya setahun sekali, puasa dan nanti lebaran Idul Fitri, jadi jualan bunga aja buat yang nanti nyekar,” tutur Supiah.(*)