Stunting menjadi perhatian serius dalam konteks kesehatan masyarakat, khususnya diProvinsi Jawa Barat. Merujuk pada angka Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat elektronik (e-PPGBM), angka stunting di Jawa Barat mencapai 6,01 persen. Maka dari itu Provinsi Jawa Barat termasuk salah satu provinsi dengan angka stunting tertinggi di Indonesia.(30/3/24).

Stunting berdampak serius terhadap kesehatan dan perkembangan anak. Menurut Kementrian Kesehatan RI, stunting mengacu pada hambatan pertumbuhan akibat kurangnya asupan gizi yang berlangsung dalam jangka waktu lama. Mulai dari masa kehamilan hingga usia 24 bulan. 

Asupan gizi yang kurang akan berdampak negatif bahkan bisa mempengaruhi kualitas hidup anak hingga masa dewasa nanti. Beberapa efek yang ditimbulkan dari stunting, yaitu: pertumbuhan fisiknya terhambat, gangguan kognitif, penurunan energi dan kelelahan, dan rentan terhadap penyakit.

Berdasarkan data dari BRIN & Kementerian Sekretariat Negara RI, data prevalensi stunting di Indonesia pada tahun 2018 mencapai 30,8%, tahun 2019 27,7%, tahun 2020 26,92%, tahun 2021 24,4%, dan tahun 2022 mencapai 21,6%. 

Beberapa penyebab stunting di Indonesia yaitu, rendahnya asupan dan mineral, rendahnya akses terhadap makanan bergizi, gangguan mental dan terjadi infeksi pada ibu, jarak kelahiran yang pendek, rendahnya akses terhadap pelayanan kesehatan, hipertensi, kehamilan remaja, dan orang tua tidak memberikan asupan gizi yang cukup baik.

Keluarga menjadi kunci utama dalam mengatasi penyebab stunting. Keluarga harus memiliki kesadaran untuk memprioritaskan pemenuhan asupan nutrisi dan pengasuhan anak secara layak. 1000 hari pertama atau golden age merupakan kunci kehidupan bagi anak untuk pertumbuhan dan perkembangannya, karena selama fase 1000 HPK terjadi perkembanganotak yang sangat pesat, melebihi periode-periode lain di dalam hidupnya. 

Di periode ini juga upaya pencegahan stunting dapat dicegah karena pada masa inilah stunting dapat terjadi jika asupan nutrisi yang diberikan sudah seimbang.

Maka dari itu, pada tanggal 27 Maret 2024 mahasiswa dan mahasiswi Ilmu Komunikasi,President University bersama CommStride 2024 mengadakan kegiatan BERIZI di Paud Miftahussa’adah Karawang dengan menggandeng NGO @kiddoandfriends_.

BERIZI atau beri gizi merupakan sebuah kegiatan permainan, yang dimana para peserta akan diberikan studi kasus lalu mereka akan memecahkan kasus tersebut dengan cara menebak nutrisi yang dibutuhkan menggunakan replika makanan. 

Permainan ini bertujuanuntuk mengukur dan meningkatkan pengetahuan para peserta tentang asupan nutrisi yang seimbang untuk kesehatan.

Foto :Mahasiswa Ilmu Komunikasi President University.
Foto :Mahasiswa Ilmu Komunikasi President University

Kegiatan BERIZI disambut dengan penuh antusias oleh para orang tua murid dan guru-guru Paud Miftahussa’adah. Nissa Nuragnia, guru paud, mengatakan, “Kegiatannya bagus, membantu, dan dari permainan tadi para orang tua jadi tau makanan apa yang harus yang dikonsumsi anaknya untuk memenuhi asupan nutrisi yang seimbang.Pengetahuan gizi dan pola makannya masih kurang, maka dari itu perlu dilakukan sosialisasi tentang gizi ke desa dan sekolah.”

Kegiatan ini merupakan sebagian acara dari kegiatan PERMATA 2024. Masih ada 2 acara lainnya yang akan dilaksanakan, yaitu acara MUNGIL (talkshow) dan GEMAS (workshop).

Untuk 2 acara selanjutnya, akan dilakukan di bulan April mendatang di Karawang dengan tema yang sama yaitu, kesehatan. Harapan kami dari seluruh kegiatan PERMATA 2024 ialah, angka stunting di Jawa Barat bisa menurun dan bisa lebih bijak lagi dalam memilih asupan nutrisi yang seimbang untuk mewujudkan generasi emas.(*)

Penulis: Cynthia Margaret Simanjuntak.

Mahasiswa Ilmu Komunikasi President University.