Tiongkok Keluarkan Peringatan Oranye Kebakaran Hutan
Beijing: Pemerintah Tiongkok mengeluarkan peringatan oranye untuk potensi kebakaran hutan pada Rabu (30/4/2025). Peringatan ini berlaku dari 1 hingga 5 Mei dan merupakan tingkat peringatan tertinggi kedua, dilansir dari Xinhua.
Peringatan ini dikeluarkan oleh Kantor Komando Pengendalian Kebakaran Hutan dan Padang Rumput Nasional bersama Kementerian Manajemen Darurat (MEM). Wilayah yang tercakup meliputi Hebei, Shanxi, Henan, dan Shaanxi selama libur lima hari Hari Buruh.
Otoritas darurat setempat diminta untuk memantau bahaya kebakaran secara ketat dan menerapkan sistem peringatan dini. Mereka juga harus memperkuat pengendalian sumber api serta meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi risiko kebakaran yang parah.
Pemerintah menekankan pentingnya langkah preventif untuk melindungi hutan dan padang rumput yang rawan terbakar. Kebakaran hutan dan padang rumput merupakan salah satu dari delapan bencana alam utama di Tiongkok.
Meski demikian, menurut pejabat MEM, Yang Xudong, jumlah kebakaran hutan di negara tersebut menunjukkan tren penurunan dalam beberapa dekade terakhir. ang menyebut bahwa dari tahun 1950 hingga 1989, Tiongkok mencatat rata-rata sekitar 16.000 kebakaran hutan per tahun.
Jumlah tersebut turun menjadi sekitar 6.000 kasus per tahun antara 1990 hingga 2020. Sejak 2021, angka tersebut menurun lebih lanjut menjadi kurang dari 1.000 kasus per tahun.
Penyebab kebakaran terbagi menjadi faktor alami dan aktivitas manusia. Lebih dari 90 persen kejadian disebabkan oleh faktor manusia, seperti pembakaran sampah sembarangan dan kelalaian lainnya.
Oleh karena itu, pengawasan terhadap aktivitas masyarakat menjadi salah satu fokus utama dalam mencegah kebakaran. Tiongkok memiliki sistem peringatan empat tingkat untuk kebakaran hutan, yang diklasifikasikan dari tertinggi ke terendah: merah, oranye, kuning, dan biru.
Dengan dikeluarkannya peringatan oranye kali ini, pemerintah menyerukan peningkatan kesadaran publik. Pemerintah juga meminta kesiapan petugas di lapangan untuk mencegah dan menangani kebakaran dengan cepat.
Masa libur panjang biasanya disertai peningkatan kunjungan ke kawasan hutan. Hal ini membuat risiko kebakaran semakin besar, sehingga dibutuhkan kewaspadaan tinggi dari semua pihak.(*)