Scroll untuk melanjutkan membaca

Hamas Serahkan Jasad Sandera di Tengah Gencatan Senjata, Drone Israel Tewaskan Dua Nyawa di Gaza

Karawang : Hamas telah menyerahkan jasad sandera meninggal dunia lainnya kepada Israel pada Senin (27/10) waktu setempat, hanya berselang beberapa jam setelah serangan drone Israel di Gaza selatan menewaskan dua warga Palestina di tengah gencatan senjata yang rapuh.
Hamas Serahkan Jasad Sandera di Tengah Gencatan Senjata, Drone Israel Tewaskan Dua Nyawa di Gaza
Hamas Serahkan Jasad Sandera di Tengah Gencatan Senjata, Drone Israel Tewaskan Dua Nyawa di Gaza

Militer Israel mengonfirmasi jasad tersebut telah diterima oleh Palang Merah (Red Cross) dan sedang dalam proses diangkut ke pasukan mereka di Gaza. Berdasarkan perjanjian gencatan senjata yang ditengahi Amerika Serikat (AS) sejak 10 Oktober, Hamas berkomitmen mengembalikan 28 jasad sandera yang meninggal. (29/10/25).

Hingga Senin, total 16 jasad telah diserahkan. Sebelumnya, 20 sandera yang selamat telah dibebaskan pada 13 Oktober.

Desakan Keluarga Sandera: "Jeda Gencatan Senjata!"

Penyerahan jasad terbaru ini datang di tengah seruan mendesak dari keluarga para sandera kepada pemerintah Israel. Mereka menuntut agar gencatan senjata dihentikan sementara (pause) jika Hamas gagal menemukan dan menyerahkan seluruh jasad yang tersisa.

“Hamas tahu persis di mana setiap sandera yang meninggal ditahan,” ujar Hostages and Missing Families Forum dalam sebuah pernyataan yang memperkuat klaim pemerintah Israel.

“Keluarga mendesak pemerintah Israel, pemerintah Amerika Serikat, dan para mediator untuk tidak melanjutkan ke fase perjanjian berikutnya sampai Hamas memenuhi semua kewajibannya dan mengembalikan setiap sandera ke Israel,” tambah asosiasi tersebut seperti yang dikutip oleh Al Jazeera.

Tantangan Hamas dan Bantuan Mesir

Klaim ini dibantah oleh juru runding Hamas, Khalil al-Hayya, pada Sabtu lalu. Ia menyebut ada "tantangan" dalam menemukan jasad sandera.

“[Tantangan ini muncul] karena pendudukan telah mengubah medan Gaza,” kata al-Hayya, sambil menyiratkan bahwa beberapa pihak yang menguburkan jasad telah tewas atau lupa lokasi penguburan.

Menanggapi hal itu, Israel mengizinkan tim teknis Mesir, lengkap dengan mesin ekskavator dan truk, memasuki Gaza pada Minggu untuk membantu tugas pencarian.

Drone Israel Tewaskan Dua Orang di Khan Younis

Ketegangan makin memuncak setelah gencatan senjata dinodai oleh serangan. Meskipun gencatan senjata berlaku, serangan drone Israel di dekat kota Khan Younis, Gaza selatan, menewaskan sedikitnya dua orang pada Senin, menurut laporan dari Rumah Sakit Nasser.

Kementerian Kesehatan Gaza menyatakan dalam 48 jam terakhir, total delapan warga Palestina tewas dan 13 lainnya terluka akibat serangan Israel di seluruh wilayah kantong tersebut. Sejak perang Israel di Gaza dimulai pada Oktober 2023, setidaknya 68.527 orang telah meninggal dan 170.395 orang terluka.

Menteri Luar Negeri AS, Marco Rubio, saat berbicara di atas Air Force One pada hari yang sama, menyatakan Israel tidak melanggar gencatan senjata atas serangan drone hari Sabtu yang menargetkan anggota kelompok Palestinian Islamic Jihad.

“Kami tidak melihat itu sebagai pelanggaran gencatan senjata,” kata Rubio, sambil menuduh target serangan merencanakan serangan terhadap pasukan Israel. “Mereka memiliki hak jika ada ancaman yang akan segera terjadi terhadap Israel, dan semua mediator setuju dengan hal itu.”

Krisis Kemanusiaan Tetap Mencekik

Sementara itu, PBB melaporkan sekitar 473.000 orang telah kembali ke Gaza utara sejak gencatan senjata dimulai, namun mereka menghadapi kehancuran properti yang meluas dan kekurangan akut kebutuhan dasar seperti makanan dan air.

Kepala Palestine Red Crescent Society, Younis al-Khatib, memperingatkan bahwa populasi Gaza masih menghadapi keadaan darurat kemanusiaan yang sama putus asanya seperti sebelum gencatan senjata.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan bahwa jumlah warga Palestina yang membutuhkan dukungan kesehatan mental telah melonjak menjadi lebih dari satu juta setelah dua tahun konflik. UNICEF menyebut Gaza sebagai "tempat paling berbahaya di dunia untuk menjadi anak-anak" selama dua tahun terakhir.

“Satu kelas anak-anak terbunuh setiap hari selama dua tahun konflik ini, dan luka-luka akibat apa yang dialami anak-anak akan bertahan selama bertahun-tahun yang akan datang,” jelas Tess Ingram, juru bicara UNICEF di Gaza, kepada Al Jazeera.(*)
Baca Juga

Berita YouTube

Berita Terbaru
  • Hamas Serahkan Jasad Sandera di Tengah Gencatan Senjata, Drone Israel Tewaskan Dua Nyawa di Gaza
  • Hamas Serahkan Jasad Sandera di Tengah Gencatan Senjata, Drone Israel Tewaskan Dua Nyawa di Gaza
  • Hamas Serahkan Jasad Sandera di Tengah Gencatan Senjata, Drone Israel Tewaskan Dua Nyawa di Gaza
  • Hamas Serahkan Jasad Sandera di Tengah Gencatan Senjata, Drone Israel Tewaskan Dua Nyawa di Gaza
  • Hamas Serahkan Jasad Sandera di Tengah Gencatan Senjata, Drone Israel Tewaskan Dua Nyawa di Gaza
  • Hamas Serahkan Jasad Sandera di Tengah Gencatan Senjata, Drone Israel Tewaskan Dua Nyawa di Gaza
Posting Komentar
Tutup Iklan