“Dengan tingkat yang menurun, langkah ini mampu mendorong pertumbuhan kredit yang lebih agresif,” ujar Menkeu Purbaya dalam konferensi pers APBN Kita edisi Oktober 2025, Selasa 14 Oktober 2025.
Ia menjelaskan bahwa pertumbuhan base money (M0) yang mencapai 13,2 persen menunjukkan adanya peningkatan signifikan uang beredar di sistem perekonomian.
“Kalau kita lihat angkanya, yang merah itu 13,2 persen adalah M0-nya atau base money. Tadinya di angka nol, setelah kita injeksi dan memindahkan Rp2 triliun, M0 tumbuh menjadi 13,2 persen,” tambahnya.
Menurut Menkeu Purbaya, peningkatan base money ini menjadi sinyal positif bagi pertumbuhan ekonomi ke depan.
“Uang di sistem perekonomian memang bertambah dengan signifikan. Jadi, seharusnya ekonomi juga akan tumbuh ke depannya,” jelasnya.
Lebih lanjut, hingga akhir September, pemerintah telah menyalurkan lebih dari Rp112 triliun kredit produktif kepada masyarakat. Dana tersebut digunakan untuk menopang konsumsi, investasi, dan pertumbuhan ekonomi nasional.
“Inisiatif ini bukan hanya soal likuiditas, tapi juga soal penciptaan multiplier effect, menurunkan cost of fund, mendorong pembiayaan sektoral, serta menjaga momentum pemulihan ekonomi,” tandas Menkeu Purbaya.
Pernyataan ini memberikan gambaran bahwa kebijakan moneter dan fiskal yang sinergis mampu mempercepat pemulihan ekonomi pasca pandemi dengan dukungan kredit yang terus tumbuh.(*)

