 |
| Tampilan desktop pada sistem operasi Windows 10 (Foto: Microsoft) |
Dikutip dari laman resmi Microsoft, pengguna tetap dapat menyalakan komputer, membuka aplikasi, dan menjalankan program tanpa gangguan. Hanya saja, setelah tanggal tersebut, tidak akan ada lagi pembaruan keamanan dari Microsoft.
Artinya, jika muncul celah keamanan baru, Windows 10 tidak akan lagi mendapat perlindungan resmi. Kondisi ini membuat perangkat lebih rentan terhadap virus dan serangan siber.
Selain itu, pengguna tidak akan menerima pembaruan fitur atau perbaikan bug rutin. Akibatnya, performa sistem berpotensi menurun seiring waktu.
Microsoft menjelaskan, 'end of support' bukan berarti Windows 10 langsung berhenti berfungsi. Sistemnya tetap bisa berjalan, tetapi tanpa perlindungan dan layanan resmi.
Bagi yang belum siap beralih ke Windows 11, Microsoft menyediakan opsi Extended Security Updates (ESU). Program ini memungkinkan pengguna mendapat tambahan patch keamanan hingga Oktober 2026.
Namun, ESU hanya mencakup pembaruan keamanan kritis tanpa dukungan teknis. Pengguna juga harus memakai Windows 10 versi 22H2 agar memenuhi syarat program ini.
Karena itu, penggunaan Windows 10 setelah masa dukungan berakhir tetap bisa dilakukan. Tapi, risiko keamanan dan penurunan performa harus siap dihadapi pengguna.
Microsoft tetap menyarankan untuk segera migrasi ke Windows 11. Sistem baru itu diklaim lebih aman, modern, dan efisien untuk kebutuhan komputasi masa kini.
Keputusan mempertahankan Windows 10 kini bergantung pada kebutuhan dan kesiapan pengguna. Namun, semakin cepat beralih ke sistem yang lebih baru, semakin aman perangkat Anda di masa depan.
