Hari ini
Cuaca 0oC
Headline News :

Puluhan Jurnalis Hengkang dari Pentagon Tolak Aturan Pelaporan Baru

Amerika Serikat : Puluhan jurnalis yang meliput militer Amerika Serikat secara massal mengembalikan kartu akses mereka dan meninggalkan kompleks Pentagon pada Rabu (15/10) . 
Puluhan Jurnalis Hengkang dari Pentagon Tolak Aturan Pelaporan Baru

Tindakan ini merupakan penolakan kolektif terhadap aturan pelaporan baru yang diberlakukan pemerintah yang dianggap mengekang kebebasan pers dan menjauhkan para jurnalis dari pusat kekuasaan militer.(16/10/25).

Batas waktu pukul 4 sore waktu setempat yang ditetapkan oleh Departemen Pertahanan menjadi momen demonstrasi nyata. Sekitar 40 hingga 50 jurnalis berkumpul dan menyerahkan lencana mereka, memilih untuk tidak menyetujui pembatasan yang diberlakukan oleh Menteri Pertahanan Pete Hegseth.

Pimpinan nasional Amerika Serikat membela aturan baru tersebut sebagai "akal sehat" yang diperlukan untuk mengatur pers yang dianggap "sangat mengganggu." Namun, hampir semua outlet berita menolak aturan yang akan membuat wartawan rentan dikeluarkan jika mereka berupaya melaporkan informasi baik terklasifikasi maupun tidak yang belum disetujui Hegseth untuk dirilis.

Jurnalis: 'Setuju untuk Tidak Menjadi Jurnalis'

Nancy Youssef, seorang reporter The Atlantic yang telah memiliki meja di Pentagon sejak 2007, menegaskan bahwa menyetujui aturan ini sama saja dengan mengkhianati profesinya.

"Menyetujui untuk tidak mencari informasi berarti menyetujui untuk tidak menjadi jurnalis," kata Youssef. "Tujuan kami adalah mencari informasi."

Jack Keane, seorang pensiunan jenderal Angkatan Darat AS dan analis Fox News, mendukung pandangan tersebut. Keane, yang semasa menjabat mewajibkan jenderal baru mengambil kelas tentang peran media dalam demokrasi, mengkritik kebijakan Pentagon.

"Apa yang sebenarnya mereka lakukan, mereka ingin 'menyuapi' informasi kepada jurnalis, dan itulah yang akan menjadi berita mereka. Itu bukan jurnalisme," ujar Keane.

Dukungan Gedung Putih dan Dampak pada Pelaporan

Presiden Donald Trump secara terbuka mendukung aturan baru menteri pertahanannya. Berbicara kepada wartawan di Gedung Putih, Trump mengatakan ia yakin Hegseth "mendapati pers sangat mengganggu dalam hal perdamaian dunia," dan menyebut pers "sangat tidak jujur."

Sebelum mengeluarkan kebijakan ini, Hegseth mantan pembawa acara Fox News Channe telah secara sistematis "mencekik" aliran informasi, seperti hanya mengadakan dua briefing pers formal dan melarang jurnalis mengakses banyak bagian Pentagon tanpa pengawalan.

Meskipun demikian, organisasi berita berjanji untuk melanjutkan liputan yang kuat tentang urusan militer AS, apa pun tantangan geografisnya.

Heather Mongilio, reporter dari USNINews, melalui media sosial menulis bahwa meskipun ia bangga mengembalikan lencananya, "Pelaporan akan terus berlanjut."

Namun, kekhawatiran muncul bahwa tindakan ini akan membuat sumber-sumber di militer enggan bicara karena ancaman dari pimpinan Pentagon. Reporter Tom Bowman dari NPR dalam sebuah esai mencatat: 

"Tanpa wartawan yang dapat mengajukan pertanyaan, tampaknya pimpinan Pentagon akan terus mengandalkan postingan media sosial yang apik, video pendek yang diatur dengan cermat, dan wawancara dengan komentator partisan serta podcaster. Tidak ada yang boleh berpikir bahwa itu cukup baik."

Hanya satu outlet, One America News Network (OANN) yang konservatif, yang menandatangani aturan baru tersebut.(*)

Hide Ads Show Ads