Karawang : Menteri Lingkungan Hidup (LH) Hanif Faisol mengungkap kondisi mengkhawatirkan terkait menurunnya kawasan lindung di Indonesia. Khususnya, di Jawa Barat.
Demikian disampaikan Hanif dalam Rapat Kerja bersama Komisi XII DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (3/12/2025), Hanif menyebut Jawa Barat telah kehilangan kawasan lindung seluas 1,2 juta hektare.
“Kalau kita bicara Jawa Barat, maka Jawa Barat telah kehilangan kawasan lindungnya sejumlah 1,2 juta hektare. Sehingga hari ini Jawa Barat hanya dilindungi 400 ribu hektare untuk kawasan lindung yang melindungi ekosistem di bawahnya, sehingga sangat rentan bencana,” ujar Hanif.
Ia pun menyesalkan penurunan kawasan lindung yang begitu besar. Padahal, seharusnya area tersebut ditingkatkan demi menjaga keseimbangan lingkungan.
Hanif menyampaikan pihaknya telah menyurati sejumlah instansi dan meminta dukungan politik dari Komisi XII. Agar pemerintah daerah lebih disiplin dalam mematuhi daya dukung dan daya tampung lingkungan dalam perencanaan wilayah.
“Kami telah menyurati banyak pihak, sepertinya perlu dukungan politik dari Komisi XII untuk mengingatkan kita semua. Agar menaati daya dukung dan daya tampung dalam perencanaan kabupaten dan provinsi masing-masing,” ujarnya.
Dalam paparannya, Hanif juga mengungkap bahwa bencana hidrometeorologi menyebabkan 23 Daerah Aliran Sungai (DAS) di Sumatera terdampak. Termasuk di DAS Batang Toru, Sumatera Barat, dan Aceh.
Ia menyoroti DAS Batang Toru sebagai wilayah paling rentan. Sehingga kondisi tersebut dianggap mengkhawatirkan.
“DAS Batang Toru memiliki karakteristik landscape yang sangat rentan, berupa V landscape. Tapanuli Utara, Tapanuli Tengah, dan Tapanuli Selatan ada di tengah-tengahnya,” ucapnya.
Kerentanan itu semakin diperparah oleh kegiatan di area perbukitan yang dinilai sudah tidak mampu lagi mendukung kapasitas lingkungan. Saat hujan ekstrem turun hingga 300 mm, wilayah tersebut langsung mengalami dampak besar.
Sementara itu, curah hujan di Sibolga bahkan tercatat lebih tinggi, mencapai 400 mm. “Ini menjadikan Sibolga rawan longsor, yang menimbulkan korban jiwa tidak sedikit,” kata Hanif.
Untuk wilayah Aceh, curah hujan juga mencapai 400 mm. Namun tingkat kerusakannya masih lebih rendah dibanding Batang Toru karena kondisi topografi Aceh relatif datar.
Sedangkan Padang, dengan lanskap yang pendek dan curam, turut mengalami kerusakan signifikan. Hanif menegaskan bahwa pemerintah perlu memperkuat langkah mitigasi agar risiko bencana akibat kerusakan lingkungan tidak semakin meluas.(*)

