Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Doni Monardo menjelaskan bahwa Indonesia berpotensi tinggi mengalami bencana alam karena letak geografisnya. Menurut Doni, seluruh wilayah di Indonesia memiliki ancaman bencana berupa tsunami dan gempa.

Doni juga menyebut bahwa Indonesia masuk dalam daftar 35 negara dengan risiko ancaman bencana tertinggi. Kondisi Indonesia ini juga dipengaruhi oleh adanya pergeseran lempeng-lempeng aktif.

"RI berdasarkan data World Bank termasuk 1 dari 35 negara yang punya risiko ancaman bencana tertinggi, kita tahu kita punya 500-an gunung api," tutur Doni pada Kamis (15/10). "Hampir 300 akar lempeng di hampir semua wilayah kecuali Kalimantan, sebagian di Indonesia bagian timur, pertemuan 3 lempeng yang berpotensi terjadi gempa dan tsunami."

Selain data Bank Dunia, Doni juga merujuk pada penelitian Institut Teknologi Bandung (ITB). Penelitian ITB itu menyebut adanya kemungkinan pergeseran lempeng di selatan Jawa sehingga memungkinkan terjadinya gempa besar yang diikuti tsunami.

"Sebagaimana hasil riset tim ITB bersama sejumlah pakar yang melakukan riset di selatan Jabar, Banten, Jateng, dan Jatim ada potensi terjadinya pergeseran lempeng yang dapat mengakibatkan gempa yang cukup besar dan bisa diikuti oleh tsunami," jelas Doni. Menurut Doni, penelitian tersebut harus dijadikan pembelajaran untuk menghadapi potensi bencana alam di masa mendatang.

"Juga lihat tsunami di Aceh pada 26 Desember 2004 setelah penelitian dalam dan luar negeri bahwa gempa Aceh, tsunami Aceh bukan yang pertama, telah terjadi berkali-kali ribuan tahun lalu," papar Doni. "Momentum ini kita manfaatkan sebagai study case."

Sementara itu, Indonesia akan menjadi tuan rumah penyelenggaraan Global Platform for Disaster Risk Reduction (GPDRR) di Bali pada Mei 2022 mendatang. Forum dua tahunan tersebut akan dilaksanakan di wilayah Nusa Dua.

Kepala BNPB Doni Monardo

GPDRR sendiri merupakan forum antar negara untuk membahas pengurangan risiko bencana dalam skala yang benar- benar global. Nantinya, forum tersebut akan dihadiri 193 negara, termasuk negara yang memiliki ancaman bencana alam yang sama dengan Indonesia.***