Meskipun di arahkan sejumlah Koorwilcambidik untuk menghindari perangkingan dan penyebutan urutan rangking saat pelepasan dan kenaikan kelas siswa, tetap saja beberapa sekolah tak mengindahkan imbauan tersebut. Karena, urutan perangkingan yang sebelumnya bisa berpotensi terjadinya perundungan, tapi tetap di istimewakan sejumlah guru dan kepsek di beberapa sekolah. Lalu, apalagi dampak negativ perangkingan bagi siswa di era saat ini ? 


Dikatakan Pengawas Koorwilcambidik Cilamaya Wetan Asep Tajarudin, urutan rangking yang di umumkan dan sebenarnya tidak tertuang dalam raport kurikulum 2013, memang harus di hindari. Bukan saja memicu perundungan, tetapi harus diketahui bahwa kecerdasan anak itu ada di tiga ranah, pertama Knowledge, kedua Est Harietis (Seni/akal budi_red) dan ketiga kecerdasan kinestetik atau psikomotorik. 
Foto : Asep Tajarudin, Pengawas Koorwilcambidik Cilamaya Wetan

"Kadang kita sebagai guru menilai anak hanya pada satu aspek yaitu Knowledge nya saja. Sehingga para siswa yang memiliki kecerdasan yang lainnya seperti kinestetik dan estetis kurang mendapat perhatian. Sehingga ketika muncul peringkat kelas hanya melihat angka pengetahuan saja, itu kurang adil, " Ujarnya, Kamis (23/6/2022).

Padahal sebut Asep, banyak para siswa yang lemah di aspek Knowlege tetapi unggul di kecerdasan yang lain. 
Misalnya, siswa menjadi juara salah satu olahraga pada kegiatan O2Sn pada tingkat kecamatan atau sampai tingkat kabupaten, itu juga harus dihargai sebagai prestasi.

"Dan kalau jujur berilah siswa tersebut peringkat 1 misalnya di kelasnya dengan pertimbangan kecerdasan kineksitas. Pun juga untuk siswa yang memiliki kecerdasan estetis, " Sarannya. (Rd)