Singapura menyita sejumlah krim untuk bayi dan ibu hamil karena diketahui mengandung steroid. Masyarakat disarankan untuk tidak menggunakannya.


Selain krim, dilansir dari Channel News Asia, Selasa (15/11), Otoritas Ilmu Kesehatan juga mengeluarkan peringatan untuk dua produk lainnya, yakni berupa kapsul herbal kesehatan. Krim tersebut mengandung bahan steroid. Steroid adalah obat yang memiliki senyawa dengan aktivitas anti peradangan dan dapat menekan sistem imunitas tubuh.

Otoritas Ilmu Kesehatan (HSA) mengatakan anggota masyarakat telah disarankan untuk tidak membeli atau menggunakan produk yang bernama Jolicare dan AlphaMiracHERBS tersebut.

Kabar Baik, Singapura Berhasil Lewati Puncak Kasus Covid-19 Varian XBB

Kejadian berawal saat seorang apoteker dilaporkan mencurigai krim bayi ketika bayi yang mengalami eksim kronis tiba-tiba membaik setelah menggunakannya hanya selama tiga hari. Seorang dokter juga menemukan produk tersebut di grup obrolan media sosial di antara para ibu.

“Produk tersebut secara salah dipromosikan sebagai alami, herbal, dan terbukti efektif untuk berbagai kondisi kulit, seperti eksim, infeksi jamur, dan psoriasis,” kata HSA.

“Krim yang mengandung steroid untuk perawatan kondisi kulit harus dievaluasi dan disetujui oleh HSA, dan hanya boleh diresepkan oleh dokter untuk digunakan di bawah pengawasan medis,” kata pihak berwenang.

Sebanyak 12 Orang Indonesia Kena Covid-19 XBB, 2 Tertular di Singapura

Produk-produk itu tidak disetujui oleh HSA. Selain bahan-bahan kuat seperti clobetasol propionate dan dexamethasone, pihak berwenang juga mendeteksi kloramfenikol dan ketoconazole, antijamur, di ketiga krim.

“Bahan-bahan itu dapat menimbulkan risiko kesehatan yang serius, terutama pada bayi, anak-anak dan ibu hamil jika digunakan tanpa pengawasan medis,” ungkapnya.

Melansir dari laman Jawapos, Sebelumnya seorang perempuan berusia 60-an tahun yang telah mengonsumsi kapsul tersebut secara teratur selama lebih dari 10 tahun karena nyeri sendi harus dirawat di rumah sakit segera setelah berhenti meminumnya. Dia dilaporkan mengalami demam, pusing, nyeri sendi, dan kehilangan nafsu makan. Dia kemudian didiagnosis dengan insufisiensi adrenal karena steroid yang serius dan osteoporosis.(**)