Stasiun Kereta Api Cicalengka, Bandung, Jawa Barat, yang dioperasikan sejak tahun 1884 silam. Nama stasiun Cicalengka mendadak viral, pasca insiden kecelakaan KA Turangga dengan KA Commuter Line Bandung Raya.

Foto : Kereta Api Cicalengka

Kecelakaan maut itu, terjadi di lintas Haurpugur-Cicalengka, pukul 06.03 WIB, Jumat (5/1/2024). Mengutip laman wikipedia, Stasiun Cicalengka merupakan stasiun kereta api kelas I yang terletak di Panenjoan, Cicalengka, Bandung.

Stasiun Cicalengka terletak pada ketinggian +689 m ini termasuk dalam Daerah Operasi II Bandung. Stasiun ini berada tak jauh dari Jalan Raya Cicalengka–Majalaya.

Stasiun ini, merupakan salah satu stasiun utama Kabupaten Bandung yang masih aktif. Setelah, adanya pemekaran wilayah Kota Bandung, Kota Cimahi, dan Kabupaten Bandung Barat.

Stasiun Cicalengka ini cukup ramai penumpang. Rata-rata penumpang stasiun ini adalah pelajar, mahasiswa, dan pegawai dari wilayah Cicalengka, Nagreg, Cikancung, Cimanggung dan Limbangan.

Sejarah Stasiun Kereta Api Cicalengka

Stasiun Cicalengka dibuka bersamaan dengan selesainya tahap 5 pembangunan jalur kereta api Priangan di tanggal 10 September 1884. Setelah mencapai Cicalengka, perusahaan kereta api milik pemerintah, Staatsspoorwegen (SS), meneruskan pekerjaan ke arah timur menuju Garut.

Stasiun ini memiliki tiga jalur kereta api dengan jalur 2 merupakan sepur lurus. Stasiun ini mempunyai sinyal pengulang mekanik di sebelah barat dan timurnya karena ada jalur rel menikung cukup tajam.

Stasiun ini mempunyai turntable dan corong air yang sudah tidak berfungsi lagi. Pada tahun 2018, turntable stasiun dipugar dan dicat sehingga dapat digunakan kembali.

Stasiun ini mempunyai keunikan. Jika penumpang KA lokal belum turun seluruhnya, penumpang yang akan naik tidak diizinkan untuk memasuki peron.

Hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi penumpukan penumpang di dekat pintu kereta. Semua pada intinya, ingin membuat kenyamanan sesama antar penumpang.

Simak profil Kereta Api (KA) Lokal Commuter Line Bandung Raya (350) yang alami kecelakaan dengan KA Turangga. Kecelakaan maut tersebut, terjadi di lintas Haurpugur-Cicalengka, pukul 06.03 WIB, Jumat (5/1/2024).

KA Commuter Line Bandung Raya ini ternyata memiliki kapasitas 742 kursi. Ratusan kursi itu tersebar dalam tujuh kereta kelas ekonomi.

Profil KA Lokal Commuter Line Bandung Raya:

Commuter Line Bandung Raya adalah layanan KA yang dioperasikan oleh KAI Commuter yang melayani rute Cicalengka—Purwakarta, Kiaracondong-Cicalengka. kemudian, Padalarang—Cicalengka atau sebaliknya.

KA lokal Bandung ini berhenti di setiap stasiun yang dilewatinya. Kecuali Stasiun Andir yang masih dalam tahap pembangunan.

Ditjen Perkeretaapian bersama dengan Pemerintah Kota Bandung bakal mengelektrifikasi jalur Commuter Line ini menjadi KRL Commuter Line. Rencana tersebut akan dimulai pada 2024 dengan Fase 1 Padalarang-Bandung dan dilanjutkan dengan Fase 2 Bandung-Cicalengka.

Rencana ini diharapkan, dapat membantu konektivitas layanan Kereta Cepat Jakarta-Bandung sebagai alternatif dari maupun menuju Pusat kota Bandung. Pada awal pengoperasiannya, kereta ini menggunakan rangkaian kereta rel diesel MCW 302 (produksi tahun 1982).

MCW 302 itu terdiri dari 6-7 kereta. Kemudian, rangkaian kereta ini mulai digantikan oleh KRD MCW 301 yang telah dimodifikasi dan ditarik lokomotif.

Pada 2015, KA ini menggunakan K3 biasa bekas KA Patas AC dan KA Penataran Ekspres yang berhenti beroperasi. Per 1 April 2022, terdapat perubahan operator dan pengelolaan manajemen dari Kereta api Commuter Line Bandung Raya

Yang sebelumnya dikelola oleh Kereta Api Indonesia, kemudian diserahkan ke KAI Commuter. Saat ini, KA Commuter Line Bandung Raya telah mengalami berbagai pengembangan, salah satunya pada infrastruktur stasiun.

Terdapat wacana untuk mengonversi rangkaian kereta api ini menjadi kereta rel listrik. Pada 2023, Dishub Bandung mengumumkan, proyek konversi tersebut dibagi dua tahap, yakni Padalarang-Bandung dan Bandung-Cicalengka.

Rencananya, proyek tersebut akan selesai pada 2024. Per 1 Juni 2023 seiring berlakunya grafik perjalanan kereta api (GAPEKA) KA lokal berganti nama 'Commuter Line Bandung Raya'.

Kapasitas satu rangkaian KA ini adalah sekitar 742 kursi, tersebar dalam tujuh kereta kelas ekonomi. Dalam pengoperasiannya, tiket dijual dengan komposisi 100 persen tempat duduk dan 50 persen tiket.(*)