Breaking News
---

Presiden Jokowi Datangi Pasar Baru Karawang Untuk Cek Harga Pangan

Presiden Joko Widodo (Jokowi) meninjau fluktuasi harga komoditas pangan di Pasar Baru Karawang Jawa Barat, sambil menyapa masyarakat sekitar di sela kunjungan kerjanya ke wilayah itu, Rabu.

Presiden Tinjau harga pangan di Pasar Baru Karawang

Presiden didampingi Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan langsung berjalan kaki menuju area pedagang sembako saat tiba di pasar sekitar pukul 10.30 WIB.

"Kita cek, untuk harga-harga cabai, beras, bawang putih, bawang merah semuanya kondisi sudah turun. Harga sama," kata Presiden dalam sesi wawancara usai meninjau bagian dalam pasar.

Ia mengatakan, harga bawang merah berada di angka Rp45 ribu per kilogram, bawang putih Rp38 ribu hingga Rp40 ribu per kilogram.

"Beras banyak yang sudah membeludak dengan harga Rp12 ribu sampai Rp13 ribu. Harganya baik," katanya.

Selain meninjau fluktuasi harga sembako, Presiden didampingi Mendag Zulkifli membagikan kaos hitam bersablon wajah Presiden Jokowi kepada masyarakat sekitar, sekaligus berdialog.

Kunjungan kerja Presiden Jokowi ke Karawang dalam rangka meresmikan Modeling Budidaya Ikan Nila Salin yang dikelola Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) di Kawasan Karawang.

Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono menargetkan Modeling Budidaya Ikan Nila Salin yang berada di Kawarang, Jawa Barat dapat menghasilkan 10 ribu ton ikan per tahun.

"Harapannya produksinya 1 tahun 10 ribu ton, karena satu siklus itu kan delapan bulan sehingga 1 tahun kira-kira 10 ribu ton," ujar Trenggono di Karawang, Jawa Barat, Rabu.

Presiden Republik Indonesia Joko Widodo (Jokowi) baru saja meresmikan Modeling Budidaya Ikan Nila Salin di Karawang, Jawa Barat, hari ini.

Modeling ini merupakan hasil revitalisasi dari lahan tambak udang seluas 80 hektar yang sudah tidak terpakai lagi. Pengerjaan tambak tersebut, sudah dilakukan sejak 2023 dan kini sudah mendapatkan hasil panen.

Trenggono menyebut, khusus budidaya ikan nila salin di Karawang, diharapkan beratnya kurang lebih hanya 1 kilogram. Menurutnya, hal ini bertujuan agar bisa diproduksi untuk fillet atau daging tanpa tulang dan sisik.

Produksi dari ikan nila salin Karawang, 90 persen untuk memenuhi kebutuhan pasar lokal, di mana saat ini mencapai 1,3 juta ton per tahun.


Lebih lanjut, Trenggono mengatakan, pasar ikan nila di Indonesia cukup besar, bahkan untuk budidaya di Karawang sudah memiliki offtaker.
Sebelumnya, Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono mengatakan, Indonesia memiliki lahan tambak seluas 78 ribu hektare (ha) di sepanjang wilayah Pantai Utara Jawa (Pantura) yang bisa dimanfaatkan untuk budi daya ikan nila salin.

Trenggono menyampaikan, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) telah melakukan revitalisasi tambak udang windu menjadi modeling budi daya ikan nila salin seluas 80 ha di kawasan Karawang, Jawa Barat, yang risetnya telah dilakukan sejak 2021.

"Mudah-mudahan kita punya potensi 78 ribu hektare di Pantura, untuk kemudian apabila dikerjakan maka kita akan mampu memproduksi (ikan nila salin) kurang lebih sekitar 4 juta ton satu siklus," ujar Trenggono usai peresmian Modeling Budidaya Ikan Nila Salin di Karawang, Jawa Barat, Rabu.

Trenggono menyebut, budi daya ikan nila salin memiliki potensi pasar yang sangat besar. Hal ini tidak hanya berlaku untuk wilayah domestik, tetapi juga internasional.

Berdasarkan data KKP, potensi pasar global ikan nila untuk 2024 sebesar 14,46 miliar dolar AS, sedangkan proyeksi untuk 2034 bisa mencapai 23,02 miliar dolar AS. (*)
Baca Juga:
Posting Komentar
Tutup Iklan