Warga Kota Cirebon Terjangkit DBD, Lima Meninggal Dunia
Cirebon: Angka kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di wilayah Kalijaga Kecamatan Harjamukti Kota Cirebon cukup tinggi.
Lurah Kalijaga Entis Sutisna mengatakan, banyak warganya yang terkena DBD.
"Terkait dengan DBD ini memang sangat miris di wilayah kami karena begitu banyaknya kasus yang menimpa warga kami," kata Lurah Kalijaga, Entis Sutisna, Jumat (20/6/2025).
Entis mengatakan sejak Januari sampai dengan Juni 2025, kasus DBD terdata mencapai 114 kasus yang tersebar di beberapa RW. Pihaknya mengaku telah melakukan berbagai upaya untuk melindungi masyarakat terhadap penyebaran DBD.
"Intinya di pemerintah kelurahan dari Januari sampai Juni ini kami tidak berdiam diri karena kasus DBD ini hampir setiap RW ada yang terjangkit tapi mudah-mudahan kasus ini bisa ditangani secara cepat," ucapnya.
Dirinya mengungkapkan hasil temuan di lapangan ada beberapa titik pembersihan jentik nyamuk oleh para kader juru pemantau jentik atau jumantik serta aparat kelurahan. Selain itu melakukan upaya fogging dari hasil koordinasi dengan Dinas Kesehatan Kota Cirebon.
Pihaknya tidak bosan selalu mengingatkan masyarakat untuk rajin melakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dan 3 M plus yakni menguras penampungan air, menutup penampungan air, memanfaatkan kembali limbah barang bekas yang berpotensi menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk demam berdarah.dan plus dengan bentuk upaya pencegahan tambahan seperti memelihara ikan pemakan jentik nyamuk.
Sementara Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Kota Cirebon, dr. Sulfianty Irfan, membenarkan bahwa jumlah kasus DBD yang tertinggi saat ini di Kota Cirebon dari wilayah Kalijaga mencapai 119 kasus.
"Update kami sampai 17 Juni 2025 ini sudah terdata mencapai 898 kasus DBD dengan jumlah kematian 5 orang," ucap dr Sulfianty.
Dirinya mengakui kenaikan jumlah kasus DBD ini sangat mengkhawatirkan Dinas kesehatan. Mengingat dari hasil kajian atau analisis pihaknya di awal tahun 2025 banyak terjadi perubahan cuaca yang cukup ekstrem. Ia mencontohkan beberapa waktu yang lalu terjadi banjir tetapi tidak ada hujan.
Kemudian sejumlah kelurahan di Kota Cirebon sempat tergenang banjir, seperti di Kelurahan Kalijaga, Drajat dan Kesunean. Pasca banjir tersebut, ungkap dr Sulfianty, potensi penyakit menular sangat mudah timbul jika tidak dilakukan pembersihan lingkungan. I
a memahami bahwa masyarakat yang terdampak banjir tidak segera membersihkan tempat tinggalnya, karena mengutamakan penyelamatan diri dan keluarga serta peralatan/barang berharga.
Namun memang dilokasi itulah, tuturnya setelah air banjir surut, minimal segera melakukan pembersihan kotoran lumpur dan lainnya secara total sehingga tidak terjadi penumpukan barang yang justru berpotensi menjadi sarang nyamuk. Kondisi ini tambah dr Sulfianty, menyebabkan jumlah kasus DBD terus meningkat cukup signifikan terutama di bulan Maret, April hingga Mei 2025.
"Nah saat ini sih mudah-mudahan sudah melandai tapi awal Juni ini lalu Kota Cirebon sempet hujan," ucap dr Sulfianty mengakhiri.(*)